Widget HTML #1

Investasi Online Ketika Covid-19 Melanda

 

Pict source : Pixabay


Banyak investor dalam investasi online memasarkan segala sesuatu mulai dari saham, obligasi sampai emas untuk mendapatkan uang tunai. Emas dan aset aman klasik lainnya sudah mengalami peningkatan harga yang drastis dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini mengakibatkan agresi jual cemas oleh para pedagang yang ingin melikuidasi semua yang mereka miliki untuk menjaga stabilitas posisi pasar mereka.

Pada dasarnya, menciptakan duit tunai untuk mengeluarkan uang tagihan berkala sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Hal ini tampaknya menciptakan kerugian tersendiri. Para investor umunya mencari perusahaan yang mempunyai neraca yang besar lengan berkuasa, hutang yang lebih sedikit, arus kas yang stabil dan membawa dividen yield yang terhormat.


Di zaman Covid-19, uang memang raja. Itulah persepsi dari kebanyakan penanam modal besar, yang memasarkan segala sesuatu mulai dari saham, obligasi sampai emas untuk mendapatkan uang tunai dalam investasi online. Dalam sebuah survey di bulan Maret menunjukkan bahwa bulan ke bulan, uang tunai telah mengalami lompatan nilai bulanan terbesar ke-4 dalam sejarah survei, dari 4 persen menjadi 5,1 persen.

Pict source : Pixabay 

Seperti manajer keuangan untuk pembelian, penasihat bidang penjualan juga merasa perlu bersikap konservatif, menunggu di sela-sela agresi jual pasar tertuntaskan. Lonjakan imbal hasil obligasi, dengan 10-tahun naik di atas 1,2% dan 30-tahun lebih dari dua kali lipat dalam beberapa hari terakhir, menandai hanya cara terbaru bahwa hubungan khas antara aset sedang rusak.

Emas, aset "aman" klasik, telah menyaksikan fluktuasi yang liar antara $ 1.450 dan $ 1.550 per ounce, mengakibatkan aksi jual cemas oleh para pedagang yang ingin melikuidasi semua yang mereka miliki untuk menstabilkan posisi mereka di pasar dengan menggunakan dana dukungan. Pada dasarnya, mereka perlu menciptakan uang tunai untuk mengeluarkan uang tagihan yang terlalu susah dibayarkan akhir mengalami kerugian.

Masalah besar untuk pasar dunia dikala ini yakni tidak ada cukup duit untuk dibagikan. Itulah salah satu argumentasi greenback baru saja melalui tanda 101,45 terhadap sekeranjang mata duit, walaupun suku bunga dana Fed turun mendekati nol. Meskipun The Fed sudah meluncurkan acara pembelian aset senilai $ 700 miliar, pasar obligasi tidak menyaksikan kenaikan inflasi. Risiko inflasi tidak dipertimbangkan sebab jatuhnya harga minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hubungan terbalik tradisional antara obligasi dan saham telah rusak dalam aksi jual yang sedang berlangsung. Morgan Stanley dalam suatu catatan observasi memberikan bahwa semakin sedikit obligasi yang memiliki kekuatan selaku lindung nilai untuk suatu portofolio, makin sedikit risiko keseluruhan yang harus diambil oleh suatu portofolio. Singkatnya, obligasi tidak lagi mampu meredam portofolio di pasar beruang di mana saham melihat kapitalisasi yang terang.

Pict source : Pixabay

Berbicara perihal tingkat duit tunai yang dikehendaki, berapa pun angka yang kamu peroleh, gandakan. Jika kau berada di 10 persen, buatlah 20 persen. "Uang tunai ialah raja tidak cuma untuk investor, tetapi juga untuk bisnis. Mencari perusahaan yang mempunyai neraca yang berpengaruh, hutang yang lebih minim, arus kas yang stabil dan menenteng dividen yield yang terhormat adalah permainan yang digemari. Bahwa sektor yang paling menawan di Asia yakni REIT, telekomunikasi, dan aset infrastruktur. Sektor-sektor ini tetap diminati di saat volatilitas ekstrem dan penarikan pasar yang tajam, mengingat sifat defensif mereka.

Dari artikel ini tentu kamu sudah memiliki pertimbangan yang masak dalam melakukan investasi online. Entah itu dijadikan momen berbelanja maupun memasarkan, semua ada risiko dan konsekuensi. Harapannya, supaya anda tidak salah ambil keputusan. Cobalah menggunakan layanan dari Mandiri Sekuritas. Di tengah wabah Covid yang menghipnotis pereknomian dunia, pastikan transaksi saham kamu tetap aman dengan Mandiri Sekuritas.